“Jikalau bermimpi itu
tidak usah tinggi-tinggi nanti jikalau jatuh sakit” itu mungkin nasihat yang pernah kita
dengar dari orang tua, saudara atau teman dekat kita. Sepintas nasihat ini benar
tetapi sebenarnya cukup melenakan karena secara tidak langsung nasihat itu
seolah menyuruh kita agar tetap berada di zona nyaman dan tidak usah mengambil
resiko. Padahal dalam resiko itu ada potensi besar yang Namun bukan berarti
orang yang memberikan nasihat itu salah, itulah kefahaman mereka berdasarkan
ilmu dan pengalaman mereka. Mereka tidak ingin orang yang disayangi merasakan
kesedihan, kekecewaan atau kesakitan akibat dari cita-citanya itu.
Sahabat, kita itu makhluk yang dikaruniai Allah kemampuan yang
luar biasa baik akal, fisik dan hati. Yang dengan ketiga hal tersebut manusia
bisa melakukan apapun di bandingkan makhluk yang lain. Pribadi-pribadi yang
terlahir di muka bumi ini bukan makhluk biasa tetapi makhluk tangguh yang
berhasil mengalahkan jutaan sel bakal manusia yang lain.
Akal manusia luar sungguh biasa memiliki 1 triliun sel
142.857.143 kali lipat dari sel otak lebah yang hanya 7000 sel dengan kapasitas menyimpan
memori sebanyak 10 pangkat 5 juta kilometer atau setara 14 kali pulang pergi
bumi bulan. Belum lagi kemampuan dan bentuk fisik yang begitu sempurna dengan
kemampuan yang super rumit dalam hal motorik. Maka tidak salah jika Allah melabeli kita
dengan akhsani taqwim makhluk dalam
sebaik-baik bentuk.
Sahabat dengan kelebihan tersebut manusia memiliki potensi
yang luar biasa untuk melakukan sesuatu yang luar biasa, merealisasikan
cita-citanya. Pertanyaannya kenapa banyak manusia yang tidak memiliki
cita-cita? Atau ada yang tidak berani bercita-cita? Saya katakan banyak, memang
begitu adanya, boleh sahabat cek kepada teman-teman Sahabat. Jika ditanya
masalah cita-cita, kebanyakan akan menjawabnya dengan kebingungan, hanya
sebagian kecil yang akan menjawabnya dengan cepat dan penuh kemantapan. Banyak faktor
yang memepengaruhi kenapa hal demikian bisa terjadi, beberapa diantaranya
adalah ilmu, lingkungan dan pengalaman.
Memiliki cita-cita adalah sebuah keharusan didalamnya
terdapat semangat, ikhtiar dan harapan. Maka bercita-citalah yang besar yang
tinggi. Orang-orang besar seperti Nabi Muhammad Solallohu Alaihi Wasalam
memiliki cita-cita menyampaikan cahaya Islam ke seluruh alam semesta, Solahudin
Al Ayyubi dengan Pembebasan Baitul Maqdisnya, Alexander Agung dengan perluasan wilayahnya,
Muhammad Al fatih dengan penaklukan Konstatinopelnya, Thomas Alfa Edison dengan
bola lampunya, Jendral Sudirman dengan Gerilyanya, Bill Gates degan
Microsoftnya atau B.J. Habibie dengan pesawatnya adalah beberapa manusia yang
memiliki cita-cita di luar kebanyakan manusia. Mereka yang memiliki cita-cita
hebat diiringi dengan keyakinan kuat dan ikhtiar yang dahsyat. Mereka adalah
manusia yang tidak pernah takut pada cita-citanya.
Bercita-cita yang tinggi itu tidak pernah ada salahnya, toh
cita-cita itu gratis tidak perlu membayar. Sekiranya cita-cita itu belum bahkan
tidak tercapai setidaknya kita sudah berusaha meraihnya dan saya yakin kita sudah
mendekati cita-cita itu, ada kebanggaan dan kebahagian karena kita sudah
berjuang untuk itu. Bukankah Allah juga tidak melihat sesuatu dari hasilnya
tetapi dari prosesnya. Lagi pula ketika kita berani berani bercita-cita artinya
kita menghargai diri kita sendiri . Semakin berani kita bercita-cita tinggi
berarti semakin menghargai diri.
Maka sahabat jangan pernah takut pada cita-cita tetapi
takutlah jika tidak memiliki cita-cita. Milikilah Cita-cita yang Besar dan Mulia
sehingga kita bisa menjadi pribadi yang lebih bermakna. Untuk selanjutnya silahkan Sahabat baca
Trilogi Cita-cita Bagian Kedua.
Semangat berkarya !!!
0 komentar:
Post a Comment