Manusia diciptakan oleh Allah Subhanallohu Wa Ta'ala tidak lain untuk beribadah kepada Allah. Ibadah yang dimaksud bukan sekedar Shalat, Puasa, Sedekah, Zakat atau Haji, akan tetapi segala aktivitas gerak-gerik kita dalam kehidupan yang diniatkan mencari Ridho Allah. Sehingga semua kegiatan yang kita lakukan bisa menjadi bernilai ibadah dengan syarat tertentu.
Sahabat
sungguh dunia ini adalah kehidupan yang fana tidak abadi, waktunya sangat
sebentar diumpamakan seperti orang mampir ngombe (minum) di warung ketika di
perjalanan. Sehingga Dari Ibnu Umar radhiallohu ‘anhuma beliau berkata:
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku seraya
bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir.” Ibnu Umar
berkata: “Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan
jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore.
Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati.”
(HR. Bukhori).
Seharusnya
inilah yang menjadi prioritas utama dalam hidup ini yaitu ibadah. Maka hendaknya
dalam menentukan cita-cita kita wajib melibatkan Tuhan Allah penguasa semesta
alam. Karena sehebat apapun ikhtiar pada akhirnya tetap Allah yang menentukan.
Selain itu Allah jugalah Yang Maha Memungkinkan yang bagi-Nya tidak ada kemustahilan, sehingga
dengan demikian kita tidak pesimis manakala hambatan datang menerpa keyakinan
kita.
Maka
sahabat pastikan puncak tertinggi cita-cita adalah melihat Tuhan kita di Syurga.
Kemudian dalam menentukan cita-cita hendaknya memiliki nilai manfaat dan jauh
dari unsur maksiat. Terakhir landasi perjuangan mewujudkan cita-cita dengan
rasa ikhlas hanya mengaharap Ridho-Nya. Mudah-mudahan dengan demikian
perjuangan mewujudkan cita-cita kita lebih bermakna. Baca juga TrilogiCita-Cita Bag. 1.
Selamat berkarya!
0 komentar:
Post a Comment